ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN UROLOGI BATU GINJAL (NEFROLITIASIS)
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih
(urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat
diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum,
ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian
turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih
bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di
seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu
buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih
bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan
mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
2. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan batu ginjal?
2.
Apa penyebab dari batu ginjal?
3.
Apa tanda dan gejala dari batu ginjal?
4.
Apa saja komplikasi dari batu ginjal?
5.
Apa saja pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada klien dengan batu ginjal?
6.
Bagaimana penatalaksanaan dari batu
ginjal?
7.
Apa saja pencegahan yang dilakukan pada
klien dengan batu ginjal?
8.
Bagaimana konsep keperawatan dari batu
ginjal?
3. TUJUAN
1.
Memahami pengertian dari batu ginjal?
2.
Mengetahui penyebab dari batu ginjal?
3.
Mengetahui tanda dan gejala dari batu
ginjal?
4.
Mengetahui komplikasi dari batu ginjal?
5.
Mengetahui pemeriksaan penunjang pada
klien batu ginjal?
6.
Mengetahui penatalaksanaan dari batu
ginjal?
7.
Mengetahui pencegahan pada klien batu
ginjal?
8.
Memahami konsep keperawatan pada klien
batu ginjal?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
§ Batu ginjal merupakan batu saluran kemih bagian atas (urolithiasis). Batu
ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo,
2000, hal. 68-69).
§ Batu ginjal atau kalkulus renal ( Nefrolitiasis) dapat terbentuk dimana
saja di dalam traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada piala
ginjal (pelvis renis) atau kalises. Batu ginjal memiliki ukuran yang beragam
dan bisa soliter atau multiple.
§ Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)
§ Batu ginjal sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan
jarang ditemukan pada anak-anak. Batu kalsium umumnya terdapat pada laki-laki
usia pertengahan dengan riwayat pembentukan batu didalam keluarga.
§ Batu ginjal jarang terjadi pada masyarakat kulit hitam di amerika. Keadaan
ini pravalen dikawasan dikawasan geografik tertentu seperti amerika sebelah
tenggara (yang dinamakan “stone belt”), dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh
hawa panas yang meningkatkan dehidrasi serta memekatkan substansi yang
membentuk batu atau terjadi karena kebiasaan pada makanan pada masyarakat
setempat (Kowalak. 2002)
2. ETIOLOGI
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat
diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya
hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria.
Kadang–kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum
(seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa
jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih
diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi
saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1.
Herediter; diduga dapat diturunkan dari
generasi ke generasi.
2.
Umur; paling sering didapatkan pada usia
30-50 tahun.
3.
Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali
lebih banyak dibanding pasien
wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1.
Geografi; pada beberapa daerah
menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2.
Iklim dan temperatur.
3.
Asupan air; kurangnya asupan air dan
tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4.
Diet; diet tinggi purin, oksalat dan
kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5.
Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai
pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik
(sedentary life).
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1.
Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2.
Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3.
Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu
dalam saluran kemih.
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya
mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat,
magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang
komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau
kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu
saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1.
Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif),
gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria
renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif)
seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2.
Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti
the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau
terutama bayam.
3.
Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat.
Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.
4.
Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom
malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5.
Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium
ddengan oksalat.
Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai
batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran
kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter
seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan
Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan
garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium
amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari
seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit
mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6,
volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
3. MANIFESTASI KLINIS
1.
Nyeri pinggang
2.
Retensi urine menurun
3.
Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam
/ menggigil.
4.
Nausea dan vomiting
5.
Hematuria kalau batu tersebut
menimbulkan abrasi ureter
6.
Distensi abdoment
7.
Anuria akibat obstruksi bilateral atau
obstruksi pada ginjal yang tinggal satu-satunya dimilki oleh pasien (Kowalak.
2002)
Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit
yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di
daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis,
ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi
didaptkan demam/menggigil.
Beberapa gambaran klinis nefrolitiasis :
1.
Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa
tidak menimbulkan gejala.
2.
Batu di dalam kandung kemih bisa
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis
renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik
renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat
yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang,
yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
3.
Gejala lainnya adalah mual dan muntah,
perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita
mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran
kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika
penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Corwin, 2001)
4. Komplikasi batu ginjal
§ Nekrosis tekanan
§ Obstruksi oleh batu
§ Hidronefrosis
§ Perdarahan
§ Rasa nyeri
§ Infeksi
(Kowalak. 2002)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG BATU GINJAL
1.
Pemeriksaan faal ginjal
2.
Foto IVU
3.
Pemeriksaan sedimen urine
4.
Foto rontgen BNO untuk
memperlihatkan sebagian besar batu ginjal
5.
Urografi ekskretori untuk membantu
memastikan diagnosis dan menentukan ukuran serta lokasi batu
6.
Pemeriksaan USG ginjal
untuk mendeteksi perubahan obatruksi, seperti hidronefrosis unilateral atau
bilateral dan melihat batu radiorusen yang tidak tampak pada foto(Kowalak.
2002)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
§ Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri
(nitrit), dan pH urin.
§ Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
§ C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya
dilakukan pada keadaan demam.
§ Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
§ Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko
metabolik.
6. PENATALAKSANAAN BATU GINJAL
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada
saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang
lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah
telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui
tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
1.
ESWL/ Lithotripsi
Adalah prosedur non-invasif yang
digunakan untuk menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut
pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
1.
Metode Endourologi Pengangkatan Batu Ini
merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal
tanpa pembedahan mayor.
Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan
sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan
untuk drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu
ginjal, melebarkan striktur.
Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter denganv memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutanv dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter denganv memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutanv dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
1.
Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam ginjal.
Pielolitotomi. Dilakukan jika batu
terletak di dalam piala ginjal.
2.
Medikamentosa
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai
jenis batu yang berbentuk meliputi :
1.
Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk
hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam
( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu
dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah
cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih
mudah larut dalam urin.
2.
Batu Oksalat diet rendah oksalat dan
rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin
( 100 mg, 3 kali sehari).
3.
Batu metabolic : sistin dan asam urat
mengendap di dalam urin asam (pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari
7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh
pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat
( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari).
Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap
hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan
pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985
meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup,
perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan
dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
7. PENCEGAHAN BATU GINJAL
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut
yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10
tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada
kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1.
Menghindari dehidrasi dengan minum
cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2.
Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3.
Aktivitas harian yang cukup
4.
Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk
untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2.
Rendah oksalat.
3.
Rendah garam karena natiuresis akan
memacu timbulnya hiperkalsiuria.
4.
Rendah purin. Diet ini diberikan pada
pasien yang menderita penyakit ginjal asam urat dan gout.
5.
Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali
pada hiperkalsiuria absorbtif type II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BATU
GINJAL
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Menurut guyton, 2009 adalah :
1.
Kaji terhadap adanya nyeri,
ketidaknyamanan, keparahan dan lokasi nyeri.
2.
Kaji gejala yang berhubungan seperti
mual, muntah, diare, distensi abdomen.
3.
Kaji tanda-tanda infeksi traktur
urinarius (menggigil, demam, disuria, sering berkemih), obstruksi (berkemih
sering dengan frekuensi sedikit, oliguria, atau anuria).
4.
Riwayat adanya batu ginjal pada
keluarga, kanker, diet tinggi kalsium atau purin.
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat
keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
§ Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
§ Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
§ Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
2.
Sirkulasi
Tanda:
§ Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
§ Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3.
Eliminasi
Gejala:
§ Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
§ Penrunan volume urine
§ Rasa terbakar, dorongan berkemih
§ Diare
Tanda:
§ Oliguria, hematuria, piouria
§ Perubahan pola berkemih
4.
Makanan dan cairan:
Gejala:
§ Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
§ Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
§ Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
§ Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
§ Muntah
5.
Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
§ Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi
batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
§ Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
§ Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6.
Keamanan:
Gejala:
§ Penggunaan alkohol
§ Demam/menggigil
7.
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
§ Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis
§ Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
§ Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul,
fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.
Nyeri b/d inflamasi, sumbatan dan abrasi
saluran kemih oleh pindahnya batu ditandai dengan:
§ Ds: Adanya nyeri
§ Do: rasa tidak enak diperut, ekspresi wajah meringis, posisi menahan sakit,
sulit tidur dan istirahat, dan berusaha mencari posisi untuk menghilangkan
nyeri.
2.
Gangguan Eliminasi Urine b/d sumbatan
aliran urine oleh batu yang ditandai dengan :
§ Ds: Adanya kesulitan untuk berkemih
§ Do: sakit saat berkemih, urine tidak lancar, dan hematuria
3.
Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal
akibat sumbatan yang lama sebelum pengangkatan batu ditandai dengan:
§ Ds: telah lama menderita batu ginjal
§ Do: IVP terdapat sumbatan batu ginjal dan atau saluran kemih,
perut tidak enak, mual, mutah, diare dan kristal positif melalui pemeriksaan
mikroskop.
§ Urinalisis : hematuria dan pyuria.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan 1: Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi
kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10)
dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan
DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar.
2.
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan
kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.
3.
Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti
masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)
4.
Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi
dan aktivitas terapeutik.
5.
Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif)
sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam
batas toleransi jantung.
6.
Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri
abdomen.
7.
Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
§ Analgetik
§ Antispasmodik
§ Kortikosteroid
8.
Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan.
|
Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha,
genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah,
takut/cemas.
Melaporkan
nyeri secara dini memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang
tepat dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan
ansietas.
Meningkatkan
relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.
Mengalihkan
perhatian dan membantu relaksasi otot.
Aktivitas
fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis
urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
Obstruksi
lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam
area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah akut.
Analgetik
(gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik
ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mental.
Menurunkan
refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.
Mungkin
digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.
Mencegah
stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan
infeksi.
|
Diagnosa keperawatan 2 :Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine,
catat adanya keluaran batu.
2.
Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan
variasi yang terjadi.
3.
Dorong peningkatan asupan cairan.
4.
Observasi perubahan status mental, perilaku atau
tingkat kesadaran.
5.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit,
BUN, kreatinin)
6.
Berikan obat sesuai indikasi:
§ Asetazolamid
(Diamox), Alupurinol (Ziloprim)
§ Hidroklorotiazid
(Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)
§ Amonium
klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)
§ Agen
antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)
§ Antibiotika
§ Natrium
bikarbonat
§ Asam
askorbat
7.
Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral,
uretral atau nefrostomi).
8.
Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai
indikasi.
9.
Siapkan klien dan bantu prosedur
endoskopi.
|
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi
Batu
saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi
meningkat bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal.
Peningkatan
hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu.
Akumulasi
sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Peninggian
BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan disfungsi ginjal
Meningkatkan
pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan pembentukan batu asam.
Mencegah
stasis urine ddan menurunkan pembentukan batu kalsium.
Menurunkan
pembentukan batu fosfat
Menurnkan
produksi asam urat.
Mungkin
diperlukan bila ada ISK
Mengganti
kehilangan yang tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau
alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan batu.
Mengasamkan
urine untuk mencegah berulangnay pembentukan batu alkalin.
Mungkin
diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine.
Mengubah
pH urien dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu
selanjutnya.
Berbagai
prosedur endo-urologi dapat dilakukan untuk mengeluarkan batu.
|
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk
di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu
slauran kemih yang paling sering terjadi.
3.2 Saran
Makalah yang kami susun mungkin terdapat
kekurangan maupun kesalahan, oleh karena itu saran dan masukan dari pembaca
menjadi harapan kami demi kesempurnaan makalah yang kami susun ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kowalak-welsh-Mayer. 2002. Buku ajar
patofisiologi. Jakarta : EGC.
2.
B Basuki. 2008. Dasar-dasar urologi.
Malang: Sagung seto
3.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
4.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar
keperawatan medikal bedah.
0 komentar:
Posting Komentar