Rabu, 13 Mei 2015

asuhan keperawatan batu renal

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN UROLOGI BATU GINJAL (NEFROLITIASIS)

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
 2. RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud dengan batu ginjal?
2.    Apa penyebab dari batu ginjal?
3.    Apa tanda dan gejala dari batu ginjal?
4.    Apa saja komplikasi dari batu ginjal?
5.    Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan batu ginjal?
6.    Bagaimana penatalaksanaan dari batu ginjal?
7.    Apa saja pencegahan yang dilakukan pada klien dengan batu ginjal?
8.    Bagaimana konsep keperawatan dari batu ginjal?
3. TUJUAN
1.    Memahami pengertian dari batu ginjal?
2.    Mengetahui penyebab dari batu ginjal?
3.    Mengetahui tanda dan gejala dari batu ginjal?
4.    Mengetahui komplikasi dari batu ginjal?
5.    Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien batu ginjal?
6.    Mengetahui penatalaksanaan dari batu ginjal?
7.    Mengetahui pencegahan pada klien batu ginjal?
8.    Memahami konsep keperawatan pada klien batu ginjal?





















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
§  Batu ginjal merupakan batu saluran kemih bagian atas (urolithiasis). Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
§  Batu ginjal atau kalkulus renal ( Nefrolitiasis) dapat terbentuk dimana saja di dalam traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau kalises. Batu ginjal memiliki ukuran yang beragam dan bisa soliter atau multiple.
§  Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)
§  Batu ginjal sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan jarang ditemukan pada anak-anak. Batu kalsium umumnya terdapat pada laki-laki usia pertengahan dengan riwayat pembentukan batu didalam keluarga.
§  Batu ginjal jarang terjadi pada masyarakat kulit hitam di amerika. Keadaan ini pravalen dikawasan dikawasan geografik tertentu seperti amerika sebelah tenggara (yang dinamakan “stone belt”), dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh hawa panas yang meningkatkan dehidrasi serta memekatkan substansi yang membentuk batu atau terjadi karena kebiasaan pada makanan pada masyarakat setempat (Kowalak. 2002)
2. ETIOLOGI
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1.    Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2.    Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3.    Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1.    Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2.    Iklim dan temperatur.
3.    Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4.    Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5.    Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1.    Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2.    Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3.    Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1.    Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2.    Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3.    Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
4.    Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5.    Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.
 Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
3. MANIFESTASI KLINIS
1.    Nyeri pinggang
2.    Retensi urine menurun
3.    Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam / menggigil.
4.    Nausea dan vomiting
5.    Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter
6.    Distensi abdoment
7.    Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal satu-satunya dimilki oleh pasien (Kowalak. 2002)
Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.
Beberapa gambaran klinis nefrolitiasis :
1.    Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala.
2.    Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
3.    Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Corwin, 2001)
4. Komplikasi batu ginjal
§  Nekrosis tekanan
§  Obstruksi oleh batu
§  Hidronefrosis
§  Perdarahan
§  Rasa nyeri
§  Infeksi
(Kowalak. 2002)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG BATU GINJAL
1.    Pemeriksaan faal ginjal
2.    Foto IVU
3.    Pemeriksaan sedimen urine
4.    Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian besar batu ginjal
5.    Urografi ekskretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan ukuran serta lokasi batu
6.    Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obatruksi, seperti hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiorusen yang tidak tampak pada foto(Kowalak. 2002)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
§  Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pH urin.
§  Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
§  C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan demam.
§  Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
§  Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
6. PENATALAKSANAAN BATU GINJAL
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
1.    ESWL/ Lithotripsi
Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
1.    Metode Endourologi Pengangkatan Batu Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor.
Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter denganv memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutanv dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
1.      Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di dalam ginjal.
Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
2.      Medikamentosa
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
1.    Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
2.    Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
3.    Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.

7. PENCEGAHAN BATU GINJAL
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1.    Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2.    Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3.    Aktivitas harian yang cukup
4.    Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2.    Rendah oksalat.
3.    Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria.
4.    Rendah purin. Diet ini diberikan pada pasien yang menderita penyakit ginjal asam urat dan gout.
5.    Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II




KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BATU GINJAL
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Menurut guyton, 2009 adalah :
1.    Kaji terhadap adanya nyeri, ketidaknyamanan, keparahan dan lokasi nyeri.
2.    Kaji gejala yang berhubungan seperti mual, muntah, diare, distensi abdomen.
3.    Kaji tanda-tanda infeksi traktur urinarius (menggigil, demam, disuria, sering berkemih), obstruksi (berkemih sering dengan frekuensi sedikit, oliguria, atau anuria).
4.    Riwayat adanya batu ginjal pada keluarga, kanker, diet tinggi kalsium atau purin.
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.    Aktivitas/istirahat:
Gejala:
§  Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
§  Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
§  Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)
2.    Sirkulasi
Tanda:
§  Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
§  Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3.    Eliminasi
Gejala:
§  Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
§  Penrunan volume urine
§  Rasa terbakar, dorongan berkemih
§  Diare
Tanda:
§  Oliguria, hematuria, piouria
§  Perubahan pola berkemih
4.    Makanan dan cairan:
Gejala:
§  Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
§  Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
§  Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
§  Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
§  Muntah
5.    Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
§  Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
§  Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
§  Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6.    Keamanan:
Gejala:
§  Penggunaan alkohol
§  Demam/menggigil
7.    Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
§  Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
§  Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
§  Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.    Nyeri b/d inflamasi, sumbatan dan abrasi saluran kemih oleh pindahnya batu ditandai dengan:
§  Ds: Adanya nyeri
§  Do: rasa tidak enak diperut, ekspresi wajah meringis, posisi menahan sakit, sulit tidur dan istirahat, dan berusaha mencari posisi untuk menghilangkan nyeri.
2.    Gangguan Eliminasi Urine b/d sumbatan aliran urine oleh batu yang ditandai dengan :
§  Ds: Adanya kesulitan untuk berkemih
§  Do: sakit saat berkemih, urine tidak lancar, dan hematuria
3.    Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengangkatan batu ditandai dengan:
§  Ds: telah lama menderita batu ginjal
§  Do: IVP terdapat sumbatan batu ginjal dan atau saluran kemih, perut tidak enak, mual, mutah, diare dan kristal positif melalui pemeriksaan mikroskop.
§  Urinalisis : hematuria dan pyuria.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan 1: Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1.    Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar.



2.    Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.


3.    Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)

4.    Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik.

5.    Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi jantung.

6.    Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen.



7.    Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
§  Analgetik



§  Antispasmodik


§  Kortikosteroid



8.    Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan.
Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas.
Melaporkan nyeri secara dini memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas.

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.



Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot.


Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.

Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah akut.


Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mental.
Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.

Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.

Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.


Diagnosa keperawatan 2 :Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1.    Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.

2.    Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi.




3.    Dorong peningkatan asupan cairan.


4.    Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.

5.    Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
6.    Berikan obat sesuai indikasi:
§  Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim)

§  Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)

§  Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)

§  Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)

§  Antibiotika

§  Natrium bikarbonat




§  Asam askorbat

7.    Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi).
8.    Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi.

9.    Siapkan klien dan bantu prosedur   endoskopi.
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal.
Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu.
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan disfungsi ginjal

Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan pembentukan batu asam.

Mencegah stasis urine ddan menurunkan pembentukan batu kalsium.

Menurunkan pembentukan batu fosfat


Menurnkan produksi asam urat.


Mungkin diperlukan bila ada ISK

Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan batu.

Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay pembentukan batu alkalin.
Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine.

Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan untuk mengeluarkan batu.















BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
3.2 Saran
Makalah yang kami susun mungkin terdapat kekurangan maupun kesalahan, oleh karena itu saran dan masukan dari pembaca menjadi harapan kami demi kesempurnaan makalah yang kami susun ini.



















DAFTAR PUSTAKA
1.    Kowalak-welsh-Mayer. 2002. Buku ajar patofisiologi. Jakarta : EGC.
2.    B Basuki. 2008. Dasar-dasar urologi. Malang: Sagung seto
3.    Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
4.    Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah.


0 komentar:

Posting Komentar