MAKALAH
KEPERAWATAN DEWASA 5
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KATARAK
Oleh Kelompok:
· Dwi Apriadi (10620312)
· Fais Fadil Roista (10620315)
· Irma Faudzyah Ratih (106203)
· Sulfiyana Bayinatin (10620337)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Katarak” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Dewasa 5 Ns. Kun Ika Nur, S.Kep. M. kep
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien dengan katarak dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita,dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai asuhan keperawatan pasien dengan katarak dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi para praktisi medis yang bersangkutan dengan hal-hal ini.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Kediri, 9 Juni 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi katarak
2.2 Etiologi
2.3 Manifestasi Klinik
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Komplikasi
2.9 Pathway
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KATARAK
BAB 4 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan bagian pancai ndera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya, banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan kebutaan (http://kbi.gemari.or.id). Buta berdasarkan orang awam adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu apapun yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat atau menghitung jari dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia sudah dikatakan buta (http://kumpulan-artikel-menarik.blogspot.com).
Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah keburaman atau kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Saat kekeruhan terjadi, maka terjadi pula kerusakan penglihatan (Engram, 2000). Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan pada masing-masing mata jarang sama.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia tenggara. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita usia produktif (http://kbi.gemari.or.id). Angka kejadian katarak 0,78% dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia merupakan penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut katarak senilis. Dengan meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup maka katarak senilis pun meningkat. Hampir 100% orang akan mengalami katarak terutama katarak yang terkait usia. Secara statistik, usia timbulnya katarak mulai diatas usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60 tahun. Katarak memang tidak dapat dicegah, akan tetapi juga dapat diobati. (http://kumpulan-artikel-menarik.blogspot.com).
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari, atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis. Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya 10% pasien mugkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya glaukoma, ablasio retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke arah kamera interior) yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraokular dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih mudah, dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang tebal (http://kinton.multiply.com).
Peran perawat pada pasien dengan katarak sangatlah banyak. Disini, perawat sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi dan penyulit sedini mungkin. Pada pasien katarak dengan pre operasi, peran perawat diperlukan untuk mempersiapkan pasien dalam pembedahan mata yang akan dilakukan. Mulai dari pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi penghalang, pemenuhan kebutuhan psikologis dan keamanan pasien serta pengetahuan tentang tindakan yang akan dilakukan dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pada post operasi katarak, peran perawat dibutuhkan berhubungan dengan adanya luka operasi yang ada pada klien dimana menimbulkan permasalahan yang kompleks mulai dari nyeri, resiko infeksi, resiko cedera serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Perawat mengajarkan teknik untuk mengurangi nyeri, membersihkan luka dengan teknik aseptik untuk menghindari terjadinya infeksi, dan perawat juga membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan katarak ?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi definisi katarak
2. Mengidentifikasi Etiologi katarak
3. Mengidentifikasi Manifestasi Klinik katarak
4. Mengidentifikasi Klasifikasi katarak
5. Mengidentifikasi Patofisiologi katarak
6. Mengidentifikasi Pemeriksaan Diagnostik katarak
7. Mengidentifikasi Penatalaksanaan katarak
8. Mengidentifikasi Komplikasi katarak
9. Mengidentifikasi pathway katarak
10. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang katarak
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien katarak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2000: 62)
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009)
Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000)
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009).
2.2 Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.
2.5 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.
2. Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3. Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler.
2.8 Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding
2.9 Pathway
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
3.1.1 Identitas
Nama :
Usia :
jenis kelamin :
alamat :
dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
3.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3.1.3 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
3.1.4 Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
3.1.5 Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
3.1.6 Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
3.1.7 Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
3.2 Analisa Data
No
|
Analisa data
|
Etiologi
|
Masalah keperwatan
|
DS :
- Pasien mengatakan silau
- Penglihatnnya seperti terhalang asap yang makin lama semakin tebal
DO :
- Pupil dilatasi
- Pengembunan pada pupil
- pupil berwarna putih.
- retina tidak nampak
|
Distorsi penglihatan
Pandangan kabur
Mengaburkan pandangan
Menghambat jalan cahaya
Penglihatan / buta
Gangguan sensori
Gangguan Persepsi
|
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
| |
DS :
- pasien mengatakan matanya kabur
- pandangan ganda
- mata silau
DO :
- Pupil dilatasi
- Pupil berwarna putih
|
Distorsi penglihatan
Pandangan kabur
Mengaburkan pandangan
Menghambat jalan cahaya
Penglihatan / buta
Gangguan sensori
Resti Cidera
|
Resiko terhadap cedera
| |
DS :
- pasien mengatakan ketajaman penglihatan berkurang
- penglihatan tidak jelas
DO :
- Pupil berwarna putih
|
Katarak
Kurang Pengetahuan
|
Pre Op:
Kurang pengetahuan tentang kondisi
| |
DS :
- Ketakutan akan kematian
DO :
- Bercak putih di depan pupil
|
Katarak
Kurang Pengetahuan
Ansietas
|
Pre Op:
Ansietas pre operasi-keluarga
| |
DS :
- Pasien mengatakan matanya gatal
- Matanya sensitifterhadap cahaya
DO :
- Kehilangan vitreus
- bercak di belakang mata
|
Distorsi penglihatan
Pandangan kabur
Lapang pandang turun
Keterbatasan melakukan aktivitas
Potensi terhadap kurangnya perawatan diri
|
Defisit perawatan diri
| |
DS :
- pasien mengatakan silau
- penglihatan berkurang
DO :
- pupil berwarna putih
- retina sulit di lihat
|
Katarak
Pembedahan
Kurang Pengetahuan
|
Post Op:
Kurang pengetahuan tentang kondisi
| |
DS :
-
DO :
- Bercak putih di depan pupil
|
Katarak
Pembedahan
Kurang Pengetahuan
Ansietas
|
Post Op:
Ansietas
| |
DS :
- Pasien mengatakan mata silau, ketajaman penglihatan menurun, mata kabur
DO :
- Pupil dilatasi
- pupil berwarna putih
- retina tidak Nampak
|
Lensa
Korteks dan kapsul mengalami perub. fisiologi
Terputusnya protein lensa normal
Disertai influks air ke dalam lensa
TIO ↑
Nyeri
|
Nyeri
| |
DS :
- pasien mengatakan mata silau, ketajaman penglihatan menurun, mata kabur
DO :
- Pupil dilatas
- pupil berwarna putih
- retina tidak
- Nampak
|
Katarak
Pembedahan
Resti Infeksi
|
Post Op:
Resiko infeksi
|
3.3. Diagnosa Keperawatan
Ø Pre operasi
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
4. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.
5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
Ø Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
2. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3.4. Intervensi dan rasional
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
· Tujuan :
- Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
· Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Ø INTERVENSI RASIONAL
- Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat.
- Observasi tanda-tanda disorientasi.
- Orientasikan klien tehadap lingkungan.
- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
- Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
- Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
- Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.
- Membantu penglihatan pasien.
- Memudahkan pasien untuk berkomunikasi
2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan – kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
· Tujuan:
- Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
· Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Ø INTERVENSI RASIONAL
- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
- Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
- Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
- Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
- Kondisi mata post operasi mempengaruhi visus pasien
- Posisi menentukan tingkat kenyamanan pasien.
- Aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan intra okuler mata.
- Visus mulai berkurang, resiko cedera semakin tinggi.
- Pengumpulan Informasi dalam pencegahan komplikasi
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
· Tujuan :
- Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
· Kriteria Hasil :
- Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Ø INTERVENSI RASIONAL
- Pantau informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
- Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.
- Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
- Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
- Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
- Anjurkan klien tidur terlentang. xxiv. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.
- Aktivitas-aktivitas tersebut dapat meningkatkan tekanan intra okuler.
- Tidur terlentang dapat membantu kondisi mata agar lebih nyaman.
4. Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.
· Tujuan/kriteria evaluasi:
- Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
- Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
- Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan.
Ø INTERVENSI RASIONAL
- Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
- Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
- Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
- Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
- Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.
- Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan- Derajat kecemasan akan dipengaruhi-peralatan yang akan digunakan. bagaimana informasi tentang prosedur penatalaksanaan diterima oleh individu.
- Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
- Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
- Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif
- Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan
- Mengurangi perasaan takut dan cemas.
5. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi
· Tujuan :
- pengurangan nyeri.
Ø INTERVENSI RASIONAL
- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep.
- Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk trauma tumpul.
- Kurangi tingkat pencahayaan.
- Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya yang kuat.
- Pemakaian sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa.
- Mengurangi edema akan mengurangi nyeri.
- Tingkat pencahayaan yang lebih rendah nyakan setelah pembedahan.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator
6. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
· Tujuan :
- mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri
Ø INTERVENSI RASIONAL
- Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau- gejala komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter.
- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obat.-
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.
- Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan. xxviii.- Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.
- Sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah
- Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
· Tujuan :
- Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.
Ø INTERVENSI RASIONAL
- Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia luar.
- Jaga area kesterilan luka operasi
- Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka.
- Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis
- Mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap agen infektious.
- Mencegah dan mengurangi transmisi kuman.
mencegah kontaminasi pathogen.
mencegah kontaminasi pathogen.
- Mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan gangguan pada lensa mata akibat dari hidrasi lensa atau denaturasi protein ataupun keduanya yang berjalan secara progresif. Katarak ini sering mengenai pada orang-orang usia produktif dan juga pada orang yang sudah lanjut usia, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti terkena pajanan sinar radiasi secara langsung dan berkala, trauma, penyakit sistemik, adanya zat pathogen yang menginvasi dan juga kurangnya pengetahuan terhadap bagaimana cara mencegahnya.
4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang katarak dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health education mengenai katarak kepada para lansia yang utama.
2. Pemerintah
Untuk mengurangi angka kebutaan yang diakibatkan katarak, pemerintah sudah mencanangkan program vision 2020 untuk menanggulangi kebutaan di Indonesia. Dengan terus berputarnya waktu diharapkan pemerintah bisa mempercepat program tersebut dengan pertimbangan semakin meningkatnya kebutaan yang diakibatkan karena katarak.
3. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya katarak dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta: EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia, Pennsylvania : The Curtis Center
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/katarak/. Diakses pada tanggal 15 September 2009. Pukul 13.12 WIB
http://hayato31.blogspot.com/2009/04/askep-katarak.html. Diakses pada tanggal 15 September 2009. Pukul 13.15 WIB
http://medicastore.com Diakses pada tanggal 15 September 2009. Pukul 13.19 WIB
http://ns-nining.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan-katarak.htm. Diposkan oleh Nining pada pukul 03:07. Diakses pada tanggal 15 September 2009. Pukul 13.07 WIB.
http://nusaindah.tripod.com/keskatarak.htm. Diakses pada tanggal 28 September 2009. Pukul 06.40WIB
http://optic.kasoem.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1:katarak&catid=9:artikel&Itemid=4. Diakses pada tanggal 28 September 2009. Pukul 06.40 WIB
0 komentar:
Posting Komentar